Minggu, 24 Mei 2009

PSIKOLOGI PENDIDIKAN

Resep dan Gambaran Kepribadian Sukses ala New Psycho-Cybernetics

Maxwell Maltz dalam bukunya yang berjudul “The New Psycho-Cybernetics” (2004) memberi resep tentang gambaran kepribadian sukses, dengan rumusan akronim yang mudah diingat yaitu : SUCCESS. Berikut ini saripati resep yang diberikannya, yang mungkin akan berguna bagi Anda, dan tentunya sebagai bahan refleksi bagi saya sendiri.

1. Sense of Direction (Kesadaran akan Arah)

Carilah sasaran yang layak Anda capai. Lebih baik lagi kalau Anda tetapkan suatu proyek. Putuskanlah apa yang Anda inginkan dari satu situasi. Lihatlah ke depan, jangan ke belakang. Milikilah selalu sesuatu di depan Anda untuk dijadikan harapan.

Kembangkanlah “nostalgia masa depan” ketimbang masa lalu. “Nostalgia masa depan” itu bisa membuat awet muda. Bahkan tubuh Anda pun takkan berfungsi dengan baik, jika Anda tidak lagi menjadi seorang pencapai sasaran dan tidak mempunyai harapan apa-apa lagi. Karena alasan inilah seringkali seseorang meninggal tidak lama setelah pensiun.

Kalau Anda tidak berupaya mencapai sasaran, tidak memandang jauh ke depan, maka sesungguhnya Anda tidak benar-benar hidup.

Selain sasaran-sasaran murni pribadi Anda sendiri, milikilah setidaknya satu sasaran yang bukan pribadi, dimana Anda bisa menghubungkan diri. Berminatlah dalam proyek tertentu untuk membantu sesama, bukan karena wajib, melainkan atas kemauan Anda sendiri.

2. Understanding (Pengertian)

Pengertian bergantung kepada komunikasi yang baik. Anda tidak akan bereaksi tepat kalau informasi yang Anda tindaklanjuti itu keliru dalam mengartikannya.

Untuk mengatasi suatu masalah secara efektif Anda harus mengerti sifat sejatinya. Kebanyakan kegagalan kita dalam berhubungan antar manusia adalah karena salah pengertian. Kita berharap orang lain beraksi dan memberikan respons serta mencapai kesimpulan yang sama seperti kita dari serangkaian fakta atau keadaan.

Manusia bereaksi terhadap gambaran mental mereka sendiri, bukan terhadap segala apa adanya. Kebanyakan reaksi atau posisi orang lain itu bukanlah dimaksudkan untuk membuat kita menderita, sebagai keras kepala atau berniat jahat, melainkan karena mereka artikan dan mereka tafsirkan situasinya secara berbeda-beda. Mereka hanyalah bereaksi sesuai dengan apa yang –bagi mereka- tampaknya benar dalam situasinya.

Mengakui ketulusan orang lain ketika keliru, ketimbang menganggapnya sengaja atau berniat jahat, akan membantu melancarkan hubungan antar manusia dan melahirkan pengertian yang lebih baik diantara mereka.

Tanyakanlah kepada diri sendiri ”Bagaimanakah hal ini tampaknya bagi dia?” “Bagaimanakah ia menafsirkan situasi ini?” “Bagaimanakah perasaannya tentang hal ini?”. Cobalah mengerti mengapa ia bersikap seperti itu.

Seringkali kita ciptakan kebingungan ketika kita tambahkan opini kita sendiri terhadap fakta-fakta yang ada dan sampai pada kesimpulan yang keliru (fakta versus opini).

Fakta: Dua orang teman sedang berbisik-bisik dan berhenti ketika Anda datang

Opini: Pasti mereka sedang menggosipkan aku (reaksi negatif)

Jika Anda dapat menganalisa situasi secara tepat dan dapat memahami bahwa tindakan kedua teman Anda itu bukanlah dimaksudkan untuk menjengkelkan Anda, maka niscaya Anda pun dapat memilih respons yang lebih tepat dan produktif.

Kita harus dapat melihat kebenaran dan menerimanya, entah baik atau buruk. Seringkali kita warnai data yang diperoleh dengan ketakutan, kecemasan, atau hasrat kita sendiri.

Bertrand Russell pernah mengatakan bahwa salah satu alasan mengapa Hiltler kalah dalam Perang Dunia II adalah karena dia tidak sepenuhnya memahami situasinya. Para pembawa berita buruk dihukum. Tidak lama kemudian tak seorang pun berani mengatakan yang sebenarnya. (Mungkin hal ini pula salah satu faktor yang menyebabkan kejatuhan Soeharto dengan kebiasaan laporan Asal Bapak Senang-nya).

3. Courage (Keberanian)

Mempunyai sasaran serta memahami situasinya belumlah cukup. Anda harus mempunyai keberanian untuk bertindak, sebab hanya dengan tindakanlah, sasaran, hasrat, dan kepercayaan itu dapat dijabarkan menjadi kenyataan.

Seringkali perbedaan antara orang yang sukses dengan pecundang bukanlah karena kemampuan atau ide yang lebih baik, melainkan keberanian untuk bertaruh atas ide-idenya sendiri untuk mengambil resiko yang diperhitungkan dan untuk bertindak.

Kita sering membayangkan keberanian sebagai perbuatan kepahlawanan di medan pertempuran, ketika kapal kandas, atau dalam suatu krisis. Tetapi dalam kehidupan sehari-hari pun sesungguhnya menuntut adanya keberanian.

Jangan berdiam diri yang hanya akan membuat Anda semakin terperangkap. Bersedialah membuat beberapa kesalahan, menderita sedikit kepedihan untuk mendapatkan apa yang Anda inginkan.

Berlatihlah sikap berani dengan “hal-hal kecil”, jangan tunggu hingga Anda bisa menjadi pahlawan besar dalam krisis yang parah. Dengan melatih berani dalam hal-hal kecil, kita dapat mengembangkan kuasa dan talenta untuk bertindak berani dalam urusan-urusan yang lebih penting.

4. Charity (Amal/Belas kasih)

Kepribadian sukses ditandai adanya minat dan menghargai sesamanya. Mereka menghormati martabat, masalah, serta kebutuhan sesamanya. Mereka memperlakukan sesamanya sebagai manusia, ketimbang sebagai pion dalam permainan mereka sendiri. Mereka sadar bahwa setiap orang adalah makhluk Tuhan dan individu yang unik yang layak diberikan martabat dan penghormatan.

Adalah fakta psikologis bahwa perasaan kita tentang diri sendiri cenderung berhubungan dengan perasaan kita tentang orang lain. Kalau seseorang merasa beramal kepada orang lain, dia pasti mulai merasa beramal terhadap dirinya.

Orang-orang yang merasa bahwa manusia itu tidak penting, tidak mungkin menghormati dan menghargai dirinya sendiri.

Salah satu metode yang paling dikenal dalam mengatasi rasa bersalah adalah berusaha berhenti mengutuk, membenci, menyalahkan orang lain atas kesalahan-kesalahan mereka.

Anda akan mengembangkan citra diri yang lebih baik dan lebih memadai kalau Anda mulai merasa bahwa orang lain itu lebih berharga.

Memperlakukan semua orang dengan hormat adalah amal, oleh sebab itu tidaklah selalu dibalas secara individual dan seketika. Anda tidak bisa memandangnya sebagai transaksi tetapi harus memandangnya sebagai konstribusi Anda terhadap masyarakat pada umumnya.

5. Esteem (Harga Diri)

Dari segala perangkap serta kejatuhan dalam kehidupan ini, harga diri adalah yang paling mematikan, dan paling sulit diatasi karena hal itu adalah lubang dirancang dan digali oleh tangan kita sendiri, yang terangkum dalam ungkapan” Percuma, aku tak bisa melakukannya”

Waspadalah terhadap pencuri kebahagiaan yaitu kritikus di dalam diri sendiri. Ketika kritikus dalam diri sendiri mulai merendahkan kita hendaknya kita tidak ragu-ragu berteriak “Hentikan!” dan menyuruhnya kembali ke pojoknya yang gelap, pantas dihukum karena meragukan kita.

Berhentilah membawa-bawa gambaran mental tentang diri sendiri sebagai individu yang kalah mampu dibandingkan dengan yang lain. Rayakanlah kemenangan Anda, entah besar atau kecil, kenalilah dan pupuklah kekuatan-kekuatan Anda, dan terus ingatlah diri sendiri bahwa Anda bukanlah kesalahan-kesalahan Anda.

Kata “menghargai diri” secara harfiah menghargai nilai diri. Mengapa manusia takjub melihat bintang-bintang, bulan, luasnya samudera, indahnya bunga atau matahari terbenam, tetapi kenapa harus merendahkan diri sendiri? Bukankah semua itu karya Sang Khalik yang juga menciptakan kita?

Menghargai nilai diri sendiri bukanlah egoisme, kecuali Anda berasumsi bahwa Andalah yang berjasa menjadikan diri sendiri Janganlah rendahkan produk-Nya hanya karena Anda sendiri yang kurang tepat menggunakannya.

Jadi, rahasia terbesar dari membangun harga diri ini adalah mulailah dengan berusaha menghargai sesama, hormatilah manusia manapun sebagai makhluk Tuhan yang unik dan sungguh sangat berharga.

Latihlah memperlakukan sesama Anda sebagai manusia yang berharga maka harga diri Anda sendiri pun akan meningkat. Sebab harga diri sejati bukanlah berkat hal-hal yang hebat yang telah Anda perbuat, tetapi berkat menghargai diri sendiri apa adanya–sebagai makhluk Tuhan

6. Self Confidence (Kepercayaan Diri)

Kepercayaan diri dibangun atas pengalaman sukses. Ketika kita pertama kali memulai sesuatu, kemungkinan besar kepercayaan diri kita kecil karena kita belum belajar dari pengalaman bahwa kita bisa sukses. Ini berlaku entah belajar sepeda, berbicara di depan publik, atau dalam aktivitas lainnya.

Adalah benar sekali bahwa sukses melahirkan sukses. Sekecil apapun kesuksesan seseorang dapat digunakan sebagai batu loncatan untuk meraih sukses yang lebih besar.

Teknik penting untuk memupuk kepercayaan diri adalah dengan mengingat setiap kesuksesan yang dicapai di masa lalu dan berusaha melupakan kegagalan di masa lalu.

Tetapi apa yang seringkali dilakukan kebanyakan orang? Mereka justru seringkali menghancurkan kepercayaan dirinya, dengan mengingat kegagalan-kegagalan yang ditanamkan dalam emosinya, sementara kisah suksesnya terlupakan, sehingga akhirnya kepercayaan diri pun menghilang.

Tidak menjadi masalah seberapa sering Anda gagal di masa lalu, yang paling peting adalah upaya sukses yang seharusnya diingat, dikuatkan dan direnungkan.

Kalau kita amati kesuksesan orang lain, hampir semua kesuksesannya tidak pernah dilalui melalui jalan yang lempang, tetapi mereka justru menempuhnya secara zig-zag. Gunakanlah kekeliruan-kekeliruan dan kesalahan-kesalahan sebagai cara untuk belajar, lalu singkirkanlah itu dari pikiran kita.

7. Self Acceptance (Penerimaan Diri)

Penerimaan diri artinya menerima diri kita sekarang secara apa adanya, dengan segala kesalahan, kelemahan, kekurangan, kekeliruan serta aset dan kekuatan-kekuatan kita. Kita harus menyadari kesalahan-kesalahan dan kekurangan-kekurangan kita sebelum kita dapat mengoreksinya.

Orang yang paling nelangsa serta tersiksa di dunia ini adalah mereka yang terus berupaya meyakinkan diri sendiri mau pun orang lain bahwa mereka adalah lain dari apa yang sesungguhnya. Tak ada kelegaan atau kepuasan ketika Anda akhirnya menanggalkan segala kepura-puraan dan bersedia menjadi diri sendiri. Berusaha mempertahankan kepura-puraan bukan saja merupakan tekanan mental yang hebat, tetapi juga akan terus menerus menuntun pada kekecewaan dan frustrasi pada saat seseorang beroperasi di dunia nyata dengan keadaan diri yang fiktif.

Mengubah citra diri tidaklah berarti mengubah diri Anda, melainkan mengubah gambaran mental Anda, estimasi Anda, konsepsi Anda dan kesadaran Anda akan diri. Kita bisa mengubah kepribadian kita, tetapi tak dapat mengubah diri dasar kita.

Belajarlah diri Anda apa adanya dan mulailah dari sana. Belajarlah untuk secara emosional mentolerir ketidaksempurnaan pada diri Anda. Penting kita sadari secara intelektual kekurangan-kekurangan kita tetapi janganlah sampai kita membenci diri sendiri karenanya. Janganlah membenci diri sendiri karena Anda tidak sempurna. Tak ada seorang pun yang sempurna dan mereka yang pura-pura dirinya sempurna akan terkurung dalam kenelangsaan.


Dunia Kerja:
Bergaul di Lingkungan Kerja


GloriaNet - Pergaulan di lingkungan kerja memang berbeda dengan pergaulan di luar lingkungan kerja. Pergaulan di luar kantor umumnya tidak bersifat formil. Karena anda tidak terikat dengan peraturan-peraturan dan prosedur baku. Sedangkan di kantor atau perusahaan, pergaulan lebih bersifat resmi. Apalagi di kantor ada tingkatan jabatan, mulai level terendah sampai level pimpinan.

Sehingga ada peraturan tak tertulis mengenai cara bergaul dengan masing-masing tingkatan. Tentu saja bergaul dengan bos berbeda bila dibanding bergaul dengan rekan sejawat. Begitu pula bergaul dengan bawahan. Terlebih di perusahaan yang sangat birokratis, seperti di pemerintahan, tata cara pergaulan menjadi sangat penting di banding pergaulan di lingkungan perusahaan yang lebih mementingkan kreativitas.

Tetapi nggak perlu bingung. Dimanapun anda berada, anda memang dituntut untuk pandai bergaul. Karena kepiawaian anda bergaul juga merupakan salah satu hal yang mendukung kesuksesan karir anda. Dalam hal ini di lingkungan kerja, anda tidak bisa bersikap sama rata terhadap semua orang. Cara anda menjalin hubungan dengan dengan setiap rekan di kantor sangat bergantung dari konsep diri anda di dalam lingkungan.

Tempatkan diri anda sesuai dengan posisi anda. Tentu saja terhadap bos anda harus memiliki sikap hormat dan respek. Tetapi bukan berarti anda tidak menghormati rekan selevel dengan anda. Karena pada intinya, kunci dalam pergaulan adalah saling menghormati dan menghargai. Sedangkan kepada level di bawah anda, anda juga tidak mesti minta dihormati. Jika anda bisa menghargai dan menghormati orang lain, apapun pangkat dan jabatannya, otomatis orangpun akan menaruh hormat pada anda.

Hanya saja anda bisa lebih santai jika bergaul dan bicara kepada rekan sejawat jika dibanding dengan bos. Terhadap bos atau orang-orang yang lebih tinggi tingkatannya dari anda, anda harus lebih menjaga tata krama dan kaidah yang berlaku, seperti cara bicara dan bertegur sapa. Sedangkan kepada bawahan, anda harus lebih menjaga wibawa tanpa kehilangan sikap familiar anda.

Semakin mampu anda menyesuaikan diri dengan lingkungan kerja, maka semakin mudah pula anda memenuhi tuntutan pergaulan dalam level manapun. Anda akan lebih rileks dalam menjalin hubungan dengan orang-orang di lingkungan kantor anda. Tentu saja ini menguntungkan anda bukan? Selain anda tidak kesulitan bergaul, anda pun memiliki banyak teman. Sehingga anda tidak akan merasa asing di lingkungan kerja anda sendiri. Dampaknya anda akan lebih 'enjoy' bekerja dan lebih bersemangat merintis karir

Ciptakan Musuh Berkualitas di Kantor!

GloriaNet -
Tapi pada dasarnya siapapun manusia di dunia ini nggak ada yang suka punya musuh, kecuali mereka yang punya 'kelainan jiwa'. Musuh adalah mahluk yang harus dihindarkan sejauh-jauhnya. Karena apa enaknya sih punya musuh? Justru kalau bisa, dalam hidup ini adalah mencari teman atau sahabat sebanyak-banyaknya, biar hidup lebih aman dan damai.

Tapi anehnya walaupun harus dihindari, ternyata Anda juga perlu menciptakan musuh di lingkungan kerja. Lho kok? Tunggu dulu, musuh disini tentu saja bukan musuh dalam arti negatif. Dalam pekerjaan, Anda perlu menciptakan musuh untuk mencapai tujuan. Musuh disini artinya adalah seseorang yang dapat membangkitkan semangat atau gairah Anda dalam mencapai kesuksesan.

Misalnya selama ini prestasi Anda di kantor biasa-biasa saja, sementara si A punya prestasi yang oke banget, dalam hal ini Anda boleh menganggap si A sebagai musuh. Tentu saja bukan dengan maksud membenci pribadinya habis-habisan. Tetapi anggaplah si A musuh supaya Anda terpacu untuk mengalahkan prestasinya. Jadikan musuh itu sebagai motivasi untuk bekerja lebih baik lagi.

Tapi ingat, yang paling tepat Anda lakukan adalah menciptakan musuh yang berkualitas daripada menciptakan musuh yang sama sekali tidak penting. Tidak ada gunanya Anda memusuhi rekan kerja yang lebih keren penampilannya atau lebih bagus mobilnya. Memusuhi orang hanya karena penampilan fisiknya adalah sesuatu yang sia-sia. Anda tidak akan pernah mencapai prestasi yang lebih baik.

Dalam organisasi kerja dengan tingkat kompetitif yang tinggi, bermusuhan dengan orang-orang yang tidak berkualitas adalah suatu tindakan yang merugikan. Otak tidak akan berkembang, produktivitas pun terhambat. Pikirkan untuk mendapatkan musuh yang benar-benar berkualitas. So, mulai sekarang ciptakanlah musuh-musuh berkualitas di kantor yang dapat melecut semangat Anda mencapai prestasi. Anda setuju....?
Dunia Kerja: Wanita, Antara Karir dan Rumah Tangga

GloriaNet - Di jaman teknologi informasi sekarang ini, sosok wanita karir yang sukses merupakan fenomena umum di kota-kota besar, sekalipun itu seorang ibu rumah tangga. Memang tidak sedikit wanita yang menjalani fungsi ganda, sebagai wanita karir maupun ibu rumah tangga. Bagi yang pandai menyiasati waktu, sukses di kedua bidang tersebut bukanlah hal yang mustahil. Namun bagi yang kewalahan membagi waktu, tak jarang harus mengalami salah satu kegagalan. Kondisi ini membuat wanita terpaksa harus memilih, rumah tangga atau karir. Memang tidak mudah memainkan peran sebagai wanita karir atau wanita pekerja sekaligus ibu rumah tangga yang baik. Karena kedua dunia itu memiliki tuntutan dan konsekuensi yang sama beratnya. Banyak perusahaan menilai bahwa pegawai wanita kerap kurang profesional setelah menikah dan punya anak. Misalnya sering datang terlambat ke kantor dengan alasan mengurus rumah, suami, dan anak. Secara fisikpun wanita yang kelelahan mengurus rumah tangganya jadi sering tampil ‘berantakan’, wajah kuyu dan jarang tersenyum. Perusahaan pun sulit menuntut lembur ataupun menugaskan ke luar kota pada pegawai wanita yang sudah menikah dan punya anak. Seandainya ditugaskan, tak jarang mereka menolak karena alasan rumah tangga. Namun, sejauh ini banyak wanita yang mengimpikan kesuksesan di kedua bidang yang saling berseberangan itu, sukses dalam karir dan bahagia di rumah tangga. Wanita dengan ambisi tersebut akan berusaha keras untuk mencapainya. Memang sulit meraih keduanya, tapi bukan tidak mungkin anda sebagai wanita dapat meraihnya. Lalu bagaimana caranya? Sebelumnya, pertanyakan pada diri anda sendiri, hingga ke lubuk hati yang paling dalam. “Apakah saya masih ingin melanjutkan karir yang selama ini saya idamkan, walaupun saya telah berumah tangga..?”. Kalau jawaban anda “ya” berarti anda harus bersikap konsisten dan memiliki komitmen pada pilihan yang sudah anda tetapkan. Sikap ini dapat anda tunjukkan dengan bertanggung jawab penuh terhadap tugas-tugas yang dipercayakan perusahaan kepada anda tanpa melalaikan urusan rumah tangga. Dengan rasa tanggung jawab, anda tidak akan pernah merasa terbebani dengan tugas di kantor dan rumah. Jadikan bahwa pekerjaan adalah bagian dari rutinitas hidup anda. Sehingga anda akan mudah menikmati kedua peran, sebagai wanita rumah tangga dan wanita karir. Hal penting yang harus anda lakukan adalah pengorganisasian dan pengaturan waktu seefisien mungkin. Dengan adanya dua peran yang harus dimainkan, anda perlu membuat ‘aturan main’ hingga kedua peran tersebut bisa dilakonkan sama baiknya. Belajarlah untuk membuat perencanaan yang terjadwal pada dua kegiatan yang berbeda, yaitu kegiatan rumah tangga dan kegiatan kantor. Tentunya anda harus mendelegasikan kegiatan di rumah pada orang lain, misalnya pada pembantu rumah tangga atau pada orang yang anda percaya mengurus rumah dan anak-anak anda. Untuk mengontrolnya, anda tetap bisa memantaunya dari kantor. Misalnya dengan meneleponnya setiap hari untuk menanyakan kondisi anak-anak dan rumah anda. Sehingga jika anda yakin situasi rumah aman terkendali, anda bisa lebih konsentransi dalam menyelesaikan tugas-tugas di kantor. Jika perusahaan mengharuskan anda lembur atau tugas keluar kota, kalau tidak ada hal-hal yang lebih penting sebisa mungkin jangan menolaknya. Jelaskan pada suami, anak-anak dan pembantu rumah tangga tentang pekerjaan tambahan anda. Sampaikan pernyataan maaf anda karena waktu anda di rumah menjadi berkurang akibat pekerjaan tersebut. Jika harus keluar kota, selesaikan urusan rumah terlebih dulu. Pastikan semua kebutuhan rumah tangga telah terpenuhi. Dari luar kota jangan lupa untuk menghubungi orang-orang rumah dan kabarkan bahwa keadaan anda baik-baik saja. Dengan demikian selain suami dan anak-anak merasa lega karena anda dalam keadaan aman, anda pun merasa nyaman karena mengetahui kondisi mereka yang juga baik-baik saja. Jangan pernah beranggapan bahwa wanita yang sudah menikah dan punya anak akan menurun produktifitas dan kinerjanya. Berusahalah untuk tetap produktif dengan tidak mendelegasikan tugas kantor pada rekan anda. Selesaikan semua pekerjaan hingga tuntas. Caranya adalah dengan membuat skala prioritas pekerjaan dan tidak menunda-nunda pekerjaan. Kerjakan tugas yang paling penting terlebih dulu, kemudian menyusul yang lain. Dengan skala prioritas, anda tidak akan pusing walaupun pekerjaan menumpuk di meja anda. Anggapan yang juga perlu dijauhi adalah anggapan bahwa setelah berumah tangga, wanita akan terhenti karirnya. Biasanya orang menganggap wanita yang sudah menikah tidak bisa mencurahkan perhatian sepenuhnya pada pekerjaan. Buktikan kalau anda bisa merubah anggapan tersebut. Lebih bagus lagi jika anda tetap menumbuhkan minat untuk terus berkembang. Di samping itu, semangat kompetisi juga perlu dikembangkan. Diantaranya dengan banyak membaca dan mencari informasi yang berkaitan dengan bidang pekerjaan anda. Sehingga anda dapat melakukan pembaruan dan penyegaran ilmu serta wawasan, walaupun anda sudah berstatus ibu rumah tangga. Manfaatkan waktu libur anda seefektif mungkin bersama keluarga. Tanggalkan urusan kantor jika anda tengah berkumpul bersama keluarga tercinta. Anda dapat melampiaskan kerinduan bersama keluarga dengan rekreasi, jalan-jalan atau hanya berkumpul di rumah. Jadikan waktu libur untuk ‘sharing’ dengan suami dan anak-anak. Sehingga ketika anda kembali bekerja, anda dapat lebih bersemangat. Satu hal lagi yang harus anda perhatikan, jangan tampil ‘lecek’ atau ‘kucel’, meskipun anda lelah mengurus rumah tangga. Tampilkan citra profesional setiap kali anda berangkat ke kantor dengan mengenakan busana yang sesuai dan menampilkan wajah yang segar serta percaya diri. Sehingga anggapan bahwa ibu rumah tangga tidak bisa tampil profesional di kantor, tidak berlaku untuk anda. Dengan mencoba melakukan hal-hal di atas, diharapkan dapat membantu wanita untuk memainkan dua peran sekaligus, ibu rumah tangga dan wanita karir. Selebihnya gunakan ‘kecerdasan’ anda untuk menyelesaikan setiap masalah yang anda hadapi. Selamat menjadi wanita yang sukses di rumah dan kantor…! (GCM/Astaga!)

KATA MUTIARA

Tentang Waktu

Ambillah waktu untuk berfikir, itu adalah sumber kekuatan.
Ambillah waktu untuk bermain, itu adalah rahsia dari masa muda yang abadi.
Ambillah waktu untuk berdoa, itu adalah sumber ketenangan.
Ambillah waktu untuk belajar, itu adalah sumber kebijaksanaan.
Ambillah waktu untuk mencintai dan dicintai, itu adalah hak istimewa yang diberikan Tuhan.
Ambillah waktu untuk bersahabat, itu adalah jalan menuju kebahagiaan.
Ambillah waktu untuk tertawa, itu adalah musik yang menggetarkan hati.
Ambillah waktu untuk memberi, itu adalah membuat hidup terasa bererti.
Ambillah waktu untuk bekerja, itu adalah nilai keberhasilan.
Ambillah waktu untuk beramal, itu adalah kunci menuju syurga.


Berapa kali Anda merasa otak tiba-tiba kosong dan tidak tahu harus melakukan apa, yangs ialnya selalu terjadi saat Anda dikejar deadline laporan yang harus diberikan pada atasan?

Bukan hanya itu, Anda tidak bisa menulis apa-apa karena tidak ada bayangan apa yang harus
ditulis, sehingga hanya mampu menatap kertas kosong dengan perasaan tak berdaya. Ups,
jangan panik dulu. Ini kukan pertanda Anda mulai pikun (dan percaya deh, Anda tidak
mengidap penyakit Alzheimer yang menyerang secara mendadak). Bisa jadi, hal ini disebabkan
karena Anda harus mulai menyesuaikan diri dengan keadaan baru tersebut.
Jadi bagi Anda yang mungkin saat ini sedang pusing karena terlalu sibuk, istirahat dulu sebentar
dan simak artikel berikut. Siapa tahu akan membantu.
1. Lakukan pada waktu yang tepat
Kebanyakan orang yang telah berumur berpikir lebih jernih pada pagi hari; sedangkan
mereka yang lebih muda, pada siang hari. Temukan kapan waktu Anda yang tepat, dan
selesaikan masalah-masalah yang memerlukan pemikiran di waktu-waktu tersebut.
2. Pendidikan tinggi — namun jangan terlalu berlebihan
Pendidikan sekolah memiliki pengaruh besar dalam memupuk kreativitas seseorang
terutama pada masa-masa akhir kuliah, namun penaruh tersebut mulai menurun
setelah lulus. Pendidikan memang sangat penting, namun hal itu tidak menjamin
kesuksesan Anda di bidang tersebut (alias banyak hal-hal lain yang harus diperhatikan).
3. Mengikuti nasehat Konfusius
salah satu petunjuk mengingat yang selalu digunakan oleh para ahli yang melakukan
penelitian tentang ingatan : Supaya tidak lupa bila ada hal penting, tulis di secarik
kertas. Sebagaimana kata pepatah Cina, tulisan yang tintanya tidak jelas bertahan lebih
lama daripada ingatan paling kuat sekalipun.
4. Tampil bersemangat dengan doping
Penelitian menunjukkan kadar kafein dalam secangkir kopi dapat membantu kita
berkonsentrasi terhadap sesuatu hal dengan lebih baik. Namun bagi Anda yang rentan
atau mudah terkena depresi, sebaiknya jauhkan diri dari sentuhan kopi karena akan
berakibat buruk bagi sel-sel otak.
5. Hubungkan hal baru dengan yang lama
Dengan menghubungkan informasi atau hal-hal baru dengan apa yang telah Anda
ketahui, percaya deh, akan lebih mudah untuk mengingatnya kembali.
6. Berlatih terus
Belajar dan melatih kemampuan yang baru didapat dengan berulang-ulang akan
mengubah organisasi internal otak, yang pada akhirnya akan sangat membantu dalam
melakukan proses mengingat. Jadi kuncinya adalah berlatih, berlatih, dan berlatih.
7. Beri kesempatan pada ide- ide baru
Kebanyakan dari kita memperoleh kelebihan kemampuan yang dengan cepat
menyaring fakta yang ada dan dengan cepat pula memutuskan “ya-atau-tidak”.
Kreativitas memerlukan lebih banyak waktu senggang atau pendekatan yang lebih
santai — yaitu dengan memberikan ruang bagi ide- ide gila Anda.
8. Pilih profesi yang menghadirkan tantangan bagi otak dan pasangan yang
cerdas
Orang-orang yang berkarir di bidang yang memerlukan tingkat konsentrasi atau
penggunaan intelegensi tinggi besar kemungkinannya untuk dapat mempertahankan
kognisinya di level tertinggi. Selain itu, menikahi seseorang yang pintar juga dapat
membantu Anda untuk terus mendapat stimulasi tingkat tinggi.
9. Jangan ragu untuk mengetahui hal- hal baru
Kreativitas kerap diartikan sebagai kemampuan seseorang untuk mengadaptasikan satu
cara penyelesaian masalah ke masalah lain yang berbeda. Banyak sekali contoh
kreativitas manusia yang bermula dari hal-hal kecil (namun menjadi besar), misalnya
ide membuat pin untuk membuka kaleng minuman ringan yang berasal dari cara
seseorang membuka kulit pisang.
10. Belajar dari pengalaman Da Vinci
Seperti halnya Da Vinci yang terkenal dengan ide-ide revolusionernya (dan
membuatnya dijuluki sebagai pelopor jaman rennaisance), tidak ada salahnya
melakukan hal-hal yang tidak berhubungan dengan pekerjaan, yang tujuannya adalah
untuk merangsang stimulasi otak. Beberapa diantaranya misalnya melakukan juggling
bola atau menulis dengan tangan kiri (atau kanan bagi Anda yang kidal).
11. Perhatian
Pernah mengalami lupa nama seseorang beberapa saat setelah Anda bertemu atau
berkenalan dengannya? Masalahnya bukan pada ingatan Anda, namun lebih ke arahkonsentrasi yang tercurah saat itu. Dengan bertambahnya umur, kita harus lebih sering
mengulang-ulang informasi yang baru didapat supaya masuk ke pusat penyimpanan
data yang terletak di dalam otak kita.
12. Mendengarkan musik klasik
Seorang psiolog eksperimental menemukan sebuah bukti yang mendukung adanya
“Efek Mozart” — otak yang terekspos (dalam hal ini mendengarkan) musik klasik
(contohnya Mozart) akan dirangsang saedemikian rupa sehingga informasi yang kita
peroleh dapat masuk lebih cepat ke dalam otak.
13. Menjaga kebugaran badan
Banyak yang percaya bahwa dengan berolah raga, maka kemampuan
berpikir/mengingat juga akan semakin menguat. Hal ini disebabkan oleh meningkatnya
kadar oksigen dan nutrisi yang dialirkan ke dalam otak, sehingga merangsang sel-sel
otak untuk tumbuh lebih pesat. Meski penelitian belum membuktikan pandangan ini
akurat, rasanya tidak ada salahnya kalau dicoba.
14. Mencoba sesuatu yang baru
Dalam sebuah studi yang membandingkan orang-orang yang mudah mengalami
burnout dengan mereka yang dapat mempertahankan kreativitasnya, diketahui bahwa
kelompok yang terakhir dapat mempertahankan penampilannya karena terus berusaha
menambah pengetahuannya. Jadi, siapa bilang membaca itu tidak penting?
15. Hindari hal-hal yang bisa membuat Anda tidak fokus
Saat berada dalam situasi chaos atau berisik di mana banyak hal-hal di sekitar yang
mampu mengganggu konsentrasi. Seandainya harus mengerjakan sesuatu yang
penting, akan lebih baik bila Anda mampu menjauh dari lingkungan tersebut, misalnya
dengan menyendiri di tempat sepi supaya lebih berkonsentrasi.
Satu hal lagi yang tidak boleh dilupakan adalah untuk tetap mengobarkan semangat (rasa cinta)
Anda terhadap pekerjaan yang sedang dilakukan! Dalam sebuah penelitian yang dilakukan
seorang psikolog Belanda terhadap master dan grandmaster catur menunjukkan bahwa tidak
ada perbedaan tingkat kecerdasan diantara mereka. Satu-satunya yang membedakan adalah :
para grandmaster menyukai dan menghayati permainan catur. Ini menunjukkan bahwa
semangat seseorang adalah pemicu yang paling baik bagi kreativitas. Coba saja kalau tidak
percaya!
*****

ARTIKEL DUNIA KERJA

DUNIA KERJA


Bercermin

Kenaikan atau penyesuaian gaji selalu merupakan berita yang ditunggu tunggu pada awal tahun.
Walaupun pada dasarnya kenaikan gaji pasti terjadi, pada umumnya perusahaan dan karyawan, sama sama setuju , bahwa kenaikan gaji sangat tergantung pada talenta individu.
Penilaian talenta inilah yang sering menyebabkan perbedaan persepsi.
Bila Anda merasakan keengganan untuk meminta masukan orang lain, bahkan “sakit perut” menyaksikan “bad news” yang tertera di dalam angka-angka,
misalnya pada lembar penilaian kinerja, maka Anda juga tidak sendirian.
Tidak banyak orang merasakan “fun” bila mendapatkan “feedback”.
Bahkan banyak orang mempersepsi acara “feedback” ini sebagai ajang balas dendam, acara pemenggalan, baik dari atasan ke bawahan,
maupun sebaliknya, bila bawahan diberi kesempatan mem-feedback atasan.

Dalam pergaulan, tidak sedikit kita menyaksikan orang yang tidak bisa menerima masukan.
Masukan dirasakan sebagai serangan dan karena itu perlu diserang kembali ataupun dihindari.
Kita pun sering melihat bahwa ada lembaga-lembaga tertentu di pemerintahan yang seakan “lupa” mengevaluasi kinerjanya,
padahal tugas dan pekerjaan sehari-harinya adalah: mengevaluasi.

Individu ataupun lembaga bisa saja tetap merasa sejahtera dan oke-oke saja, tanpa evaluasi, bahkan lama-kelamaan kebal terhadap reaksi orang lain di sekitarnya.
Tidak jarang kemudian tumbuh pula mekanisme untuk mengarahkan orang lain agar tidak mengevaluasi diri atau lembaganya dan tidak “melihat” apa yang seharusnya dilihat.
Memelihara sikap ‘masa bodoh’ dan EGP (emang gue pikiran) begini, memang bisa sejenak membuat nyaman,
meskipun tanpa disadari sebetulnya telah menyulut sumbu bom waktu yang tinggal menunggu meledaknya.
Banyak orang yang sebenarnya bisa memberi masukan, kemudian malah jadi menghindar.
Akibatnya,individu tumbuh menjadi tidak peka terhadap sinyal-sinyal bahaya ataupun perbaikan yang penting dan urgen.

Sebagai mahluk sosial yang ingin maju, kita tentunya juga ingin agar hidup kita dikelilingi oleh bawahan, atasan ,
kolega, rakyat dengan menjalin hubungan yang mesra dan terbuka.
Untuk itu tidak ada salahnya bila kita pun melakukan perbaikan dan pengembangan cara kita bercermin , dan menjadi pribadi yang terbuka .

Pentingnya Jujur pada Diri Sendiri
Respon dari kritik atau umpan balik negatif berbentuk emosi. Rasa takut, khawatir, dan was-was sering keluar dalam bentuk “self-talk”,
seperti: “Kok tega-teganya dia bilang begitu”,”Wah, jangan-jangan saya bakal di mutasi”, “Lebih baik diam saja, apapun yang dia katakan.
Nanti juga akan diam sendiri. ”, adalah reaksi yang sangat manusiawi.
Perasaan semacam ini dihayati oleh siapa saja, bahkan presiden sekalipun.

Yang membedakan satu individu dengan yang lain adalah kemampuan mendengar dan berdialog dengan dirinya sendiri dan bersikap jujur pada diri sendiri.
Paling tidak seseorang perlu jujur dan mampu mengenali perasaannya.
Identifikasi perasaan saat menerima feedback ini adalah langkah pertama dan utama,
yang diperlukan agar seseorang bisa menyusun kekuatan mentalnya dan siap menghadapi “kabar buruk”, bila ada.
Bila seseorang tidak tahu apa yang ia rasakan, dan hanya merasakan kekhawatiran yang tidak jelas,
dia bisa menyatakannya pada sahabat, pasangan atau ajudannya, yang mau bersikap jujur padanya,
sehingga bisa terbangun dialog, paling tidak untuk menyatakan kekhawatirannya.

Pilih Kegiatan Bercermin Anda
Banyak orang merasa tidak nyaman dengan ”feedback” karena asumsinya bahwa kita hanya bisa responsif terhadap ”feedback”.
Padahal cara kita mengevaluasi diri bisa kita tentukan sendiri, tergantung dari bagaimana kita bisa me-manage “rasa” senang dan kecewa kita.
Ada orang yang bercermin 20 kali sehari, tetapi ada pula yang berdandan secara intensif di pagi hari,
menggunakan cermin pembesar dan tidak melakukannya lagi sepanjang hari.
Ini semua tergantung “feeling” dari masing-masing individu dan bagaimana ia menyikapi penataan dirinya.

Ada orang yang mendorong dirinya untuk membaca evaluasi dan kemudian menghadiahi dirinya sendiri bila evaluasi bagus.
Ada orang yang memilih untuk bersikap proaktif mendatangi pemberi feedback, tetapi ada pula yang memilih bersikap responsif dan menunggu.
Apapun gayanya, sikap adaptif terhadap “feedback” adalah sikap yang positif.
Kakak saya yang berusia 77 tahun sering mengatakan: “Saya harus berubah terus agar tetap bisa bekerja”.
Seorang wirausahawan sukses mengatakan: ”Feedback itu sangat berharga.
Daripada membeli data dari perusahaan riset, saya lebih baik ber-”kuping panas” mendengar keluhan pelanggan”.
Jadi, Hal kedua dalam ‘bercermin’ adalah menguasai situasi “feedback” dan meyakini bahwa feedback tersebut kita perlukan untuk kemajuan kita.
Situasi “feedback” ini hanya bisa bermanfaat, bila di-desain, dan diimplementasikan secara teratur , penuh kesadaran , kebesaran hati dan keseriusan

Menyusun Langkah
Teman saya, yang dengan santun sekali menerima feedback, dan secara spontan menyetujui saran saran perbaikan yang diberikan padanya,
ternyata sering tidak menindaklanjutinya dengan perbaikan. Artinya, feedback tidak menjadi pemicu perbaikan baginya.
“Sama juga bohong” kata anak muda, sama saja dengan tidak menerima feedback sama sekali.
Hal ketiga, dalam menyikapi feedback adalah disusunnya langkah perbaikan dan nyatanya tindakan perbaikan.
Hal ini tentunya akan membawa perubahaan nyata yang akan terlihat pada evaluasi selanjutnya.

Organisasi yang terdiri dari individu individu yang masing masing membiasakan diri dengan “feedback” dapat dengan mudah melakukan “alignment” misi pribadi,
tim dan organisasi. Selain itu juga tidak usah susah payah mengumandangkan gerakan perubahan, karena setiap individu berinisiatif untuk berkembang dan berubah sendiri.
Hanya dengan cara ini, organisasi akan berkembang menjadi tempat yang diwarnai kejujuran dan keterbukaan, dan otomatis membawa suasana yang lebih mesra dan hangat.

5 Unsur Penting dalam Lingkungan Pembelajaran Konstruktivis

Berdasarkan hasil analisisnya terhadap sejumlah kriteria dan pendapat sejumlah ahli, Widodo, (2004) menyimpulkan tentang lima unsur penting dalam lingkungan pembelajaran yang konstruktivis, yaitu:

1. Memperhatikan dan memanfaatkan pengetahuan awal siswa

Kegiatan pembelajaran ditujukan untuk membantu siswa dalam mengkonstruksi pengetahuan. Siswa didorong untuk mengkonstruksi pengetahuan baru dengan memanfaatkan pengetahuan awal yang telah dimilikinya. Oleh karena itu pembelajaran harus memperhatikan pengetahuan awal siswa dan memanfaatkan teknik-teknik untuk mendorong agar terjadi perubahan konsepsi pada diri siswa.

2. Pengalaman belajar yang autentik dan bermakna

Segala kegiatan yang dilakukan di dalam pembelajaran dirancang sedemikian rupa sehingga bermakna bagi siswa. Oleh karena itu minat, sikap, dan kebutuhan belajar siswa benar-benar dijadikan bahan pertimbangan dalam merancang dan melakukan pembelajaran. Hal ini dapat terlihat dari usaha-usaha untuk mengaitkan pelajaran dengan kehidupan sehari-hari, penggunaan sumber daya dari kehidupan seharihari, dan juga penerapan konsep.

3. Adanya lingkungan sosial yang kondusif,

Siswa diberi kesempatan untuk bisa berinteraksi secara produktif dengan sesama siswa maupun dengan guru. Selain itu juga ada kesempatan bagi siswa untuk bekerja dalam berbagai konteks sosial.

4. Adanya dorongan agar siswa bisa mandiri

Siswa didorong untuk bisa bertanggung jawab terhadap proses belajarnya. Oleh karena itu siswa dilatih dan diberi kesempatan untuk melakukan refleksi dan mengatur kegiatan belajarnya.

5. Adanya usaha untuk mengenalkan siswa tentang dunia ilmiah.

Sains bukan hanya produk (fakta, konsep, prinsip, teori), namun juga mencakup proses dan sikap. Oleh karena itu pembelajaran sains juga harus bisa melatih dan memperkenalkan siswa tentang “kehidupan” ilmuwan.

Teori Pendidikan dan Kurikulum

Oleh : Akhmad Sudrajat, M.Pd.

Kurikulum memiliki keterkaitan yang sangat erat dengan teori pendidikan. Suatu kurikulum disusun dengan mengacu pada satu atau beberapa teori kurikulum dan teori kurikulum dijabarkan berdasarkan teori pendidikan tertentu. Nana S. Sukmadinata (1997) mengemukakan 4 (empat ) teori pendidikan, yaitu : (1) pendidikan klasik; (2) pendidikan pribadi; (3) teknologi pendidikan dan (4) teori pendidikan interaksional.

1.Pendidikan klasik (classical education),

Teori pendidikan klasik berlandaskan pada filsafat klasik, seperti Perenialisme, Eessensialisme, dan Eksistensialisme dan memandang bahwa pendidikan berfungsi sebagai upaya memelihara, mengawetkan dan meneruskan warisan budaya. Teori pendidikan ini lebih menekankan peranan isi pendidikan dari pada proses. Isi pendidikan atau materi diambil dari khazanah ilmu pengetahuan yang ditemukan dan dikembangkan para ahli tempo dulu yang telah disusun secara logis dan sistematis. Dalam prakteknya, pendidik mempunyai peranan besar dan lebih dominan, sedangkan peserta didik memiliki peran yang pasif, sebagai penerima informasi dan tugas-tugas dari pendidik.
Pendidikan klasik menjadi sumber bagi pengembangan model kurikulum subjek akademis, yaitu suatu kurikulum yang bertujuan memberikan pengetahuan yang solid serta melatih peserta didik menggunakan ide-ide dan proses ”penelitian”, melalui metode ekspositori dan inkuiri.

2.Pendidikan pribadi (personalized education).

Teori pendidikan ini bertolak dari asumsi bahwa sejak dilahirkan anak telah memiliki potensi-potensi tertentu. Pendidikan harus dapat mengembangkan potensi-potensi yang dimiliki peserta didik dengan bertolak dari kebutuhan dan minat peserta didik. Dalam hal ini, peserta didik menjadi pelaku utama pendidikan, sedangkan pendidik hanya menempati posisi kedua, yang lebih berperan sebagai pembimbing, pendorong, fasilitator dan pelayan peserta didik.
Teori ini memiliki dua aliran yaitu pendidikan progresif dan pendidikan romantik. Pendidikan progresif dengan tokoh pendahulunya- Francis Parker dan John Dewey – memandang bahwa peserta didik merupakan satu kesatuan yang utuh. Materi pengajaran berasal dari pengalaman peserta didik sendiri yang sesuai dengan minat dan kebutuhannya. Ia merefleksi terhadap masalah-masalah yang muncul dalam kehidupannya. Berkat refleksinya itu, ia dapat memahami dan menggunakannya bagi kehidupan. Pendidik lebih merupakan ahli dalam metodologi dan membantu perkembangan peserta didik sesuai dengan kemampuan dan kecepatannya masing-masing. Pendidikan romantik berpangkal dari pemikiran-pemikiran J.J. Rouseau tentang tabula rasa, yang memandang setiap individu dalam keadaan fitrah,– memiliki nurani kejujuran, kebenaran dan ketulusan.
Teori pendidikan pribadi menjadi sumber bagi pengembangan model kurikulum humanis. yaitu suatu model kurikulum yang bertujuan memperluas kesadaran diri dan mengurangi kerenggangan dan keterasingan dari lingkungan dan proses aktualisasi diri. Kurikulum humanis merupakan reaksi atas pendidikan yang lebih menekankan pada aspek intelektual (kurikulum subjek akademis),

3.Teknologi pendidikan,

Teknologi pendidikan yaitu suatu konsep pendidikan yang mempunyai persamaan dengan pendidikan klasik tentang peranan pendidikan dalam menyampaikan informasi. Namun diantara keduanya ada yang berbeda. Dalam tekonologi pendidikan, lebih diutamakan adalah pembentukan dan penguasaan kompetensi atau kemampuan-kemampuan praktis, bukan pengawetan dan pemeliharaan budaya lama. Dalam konsep pendidikan teknologi, isi pendidikan dipilih oleh tim ahli bidang-bidang khusus. Isi pendidikan berupa data-data obyektif dan keterampilan-keterampilan yang yang mengarah kepada kemampuan vocational . Isi disusun dalam bentuk desain program atau desain pengajaran dan disampaikan dengan menggunakan bantuan media elektronika dan para peserta didik belajar secara individual. Peserta didik berusaha untuk menguasai sejumlah besar bahan dan pola-pola kegiatan secara efisien tanpa refleksi. Keterampilan-keterampilan barunya segera digunakan dalam masyarakat. Guru berfungsi sebagai direktur belajar (director of learning), lebih banyak tugas-tugas pengelolaan dari pada penyampaian dan pendalaman bahan.
Teknologi pendidikan menjadi sumber untuk pengembangan model kurikulum teknologis, yaitu model kurikulum yang bertujuan memberikan penguasaan kompetensi bagi para peserta didik, melalui metode pembelajaran individual, media buku atau pun elektronik, sehingga mereka dapat menguasai keterampilan-keterampilan dasar tertentu.

4.Pendidikan interaksional,

Pendidikan interaksional yaitu suatu konsep pendidikan yang bertitik tolak dari pemikiran manusia sebagai makhluk sosial yang senantiasa berinteraksi dan bekerja sama dengan manusia lainnya. Pendidikan sebagai salah satu bentuk kehidupan juga berintikan kerja sama dan interaksi. Dalam pendidikan interaksional menekankan interaksi dua pihak dari guru kepada peserta didik dan dari peserta didik kepada guru. Lebih dari itu, interaksi ini juga terjadi antara peserta didik dengan materi pembelajaran dan dengan lingkungan, antara pemikiran manusia dengan lingkungannya. Interaksi ini terjadi melalui berbagai bentuk dialog. Dalam pendidikan interaksional, belajar lebih sekedar mempelajari fakta-fakta. Peserta didik mengadakan pemahaman eksperimental dari fakta-fakta tersebut, memberikan interpretasi yang bersifat menyeluruh serta memahaminya dalam konteks kehidupan. Filsafat yang melandasi pendidikan interaksional yaitu filsafat rekonstruksi sosial.
Pendidikan interaksional menjadi sumber untuk pengembangan model kurikulum rekonstruksi sosial, yaitu model kurikulum yang memiliki tujuan utama menghadapkan para peserta didik pada tantangan, ancaman, hambatan-hambatan atau gangguan-gangguan yang dihadapi manusia. Peserta didik didorong untuk mempunyai pengetahuan yang cukup tentang masalah-masalah sosial yang mendesak (crucial) dan bekerja sama untuk memecahkannya.

Persiapan Mengajar

Persiapan mengajar pada hakekatnya merupakan perencanaan jangka pendek untuk memperkirakan atau memproyeksikan tentang apa yang dilakukan. Dengan demikian, persiapan mengajar merupakan upaya untuk memperkirakan tindakan yang akan dilakukan dalam kegiatan pembelajaran, terutama berkaitan dengan pembentukan kompetensi. Dalam mengembangan persiapan mengajar, terlebih dahulu harus menguasai secara teoritis dan praktis unsur-unsur yang terdapat dalam persiapan mengajar. Kemampuan membuat persiapan mengajar merupakan langkah awal yang harus dimiliki guru dan sebagai muara dari segala pengetahuan teori, keterampilan dasar, dan pemahaman yang mendalam tentang objek belajar dan situasi pembelajaran.

Dalam persiapan mengajar harus jelas kompetensi dasar yang akan dikuasai peserta didik, apa yang harus dilakukan, apa yang harus dipelajari, bagaimana mempelajarinya, serta bagaimana guru mengetahui bahwa peserta didik telah menguasai kompetensi tertentu. Aspek-aspek tersebut merupakan unsur utama yang secara minimal harus ada dalam setiap persiapan mengajar sebagai pedoman guru dalam melaksanakan pembelajaran dan membentuk kompetensi peserta didik.

Terdapat beberapa prinsip yang harus diperhatikan dalam pengembangan persiapan mengajar, diantaranya :

  1. Kompetensi yang dirumuskan dalam persiapan mengajar harus jelas, makin konkrit kompetensi makin mudah diamati, dan makin tepat kegiatan-kegiatan yang harus dilakukan untuk membentuk kompetensi tersebut.
  2. Persiapan mengajar harus sederhana dan fleksibel serta dapat dilaksanakan dalam kegiatan pembelajaran dan pembentukan kompetensi peserta didik.
  3. Kegiatan-kegiatan yang disusun dan dikembangkan dalam persiapan mengajar harus menunjang dan sesuai dengan kompetensi dasar yang telah ditetapkan.
  4. Persiapan mengajar yang dikembangkan harus utuh dan menyeluruh serta jelas pencapaiannya.
  5. Harus ada koordinasi antarkomponen pelaksana program di sekolah, terutama apabila pembelajaran dilaksakan secara tim (team teaching) atau moving class.

E. Mulyasa (2003) menyebutkan bahwa guru profesional harus mampu mengembangkan persiapan mengajar yang baik, logis dan sistematis, karena disamping untuk kepentingan pelaksanaan pembelajaran, persiapan mengajar merupakan bentuk dari “profesional accoutability”. Dengan mengutip pemikiran Cythia, E. Mulyasa (2003) mengemukakan bahwa persiapan mengajar akan membantu guru dalam mengorganisasikan materi standar, serta mengantisipasi peserta didik dan masalah-masalah yang mungkin timbul dalam pembelajaran. Sebaliknya, dengan mengutip dari Joseph dan Leonard, dikemukakan bahwa : “ teaching without adequate written planning is sloppy and almost always ineffective, because the teacher has not thought out exactly what to do and how to do it.”

KESULITAN BELAJAR SISWA DAN BIMBINGAN BELAJAR

Oleh : Akhmad Sudrajat

A. Kesulitan Belajar.

Dalam kegiatan pembelajaran di sekolah, kita dihadapkan dengan sejumlah karakterisktik siswa yang beraneka ragam. Ada siswa yang dapat menempuh kegiatan belajarnya secara lancar dan berhasil tanpa mengalami kesulitan, namun di sisi lain tidak sedikit pula siswa yang justru dalam belajarnya mengalami berbagai kesulitan. Kesulitan belajar siswa ditunjukkan oleh adanya hambatan-hambatan tertentu untuk mencapai hasil belajar, dan dapat bersifat psikologis, sosiologis, maupun fisiologis, sehingga pada akhirnya dapat menyebabkan prestasi belajar yang dicapainya berada di bawah semestinya.

Kesulitan belajar siswa mencakup pengetian yang luas, diantaranya : (a) learning disorder; (b) learning disfunction; (c) underachiever; (d) slow learner, dan (e) learning diasbilities. Di bawah ini akan diuraikan dari masing-masing pengertian tersebut.

  1. Learning Disorder atau kekacauan belajar adalah keadaan dimana proses belajar seseorang terganggu karena timbulnya respons yang bertentangan. Pada dasarnya, yang mengalami kekacauan belajar, potensi dasarnya tidak dirugikan, akan tetapi belajarnya terganggu atau terhambat oleh adanya respons-respons yang bertentangan, sehingga hasil belajar yang dicapainya lebih rendah dari potensi yang dimilikinya. Contoh : siswa yang sudah terbiasa dengan olah raga keras seperti karate, tinju dan sejenisnya, mungkin akan mengalami kesulitan dalam belajar menari yang menuntut gerakan lemah-gemulai.
  2. Learning Disfunction merupakan gejala dimana proses belajar yang dilakukan siswa tidak berfungsi dengan baik, meskipun sebenarnya siswa tersebut tidak menunjukkan adanya subnormalitas mental, gangguan alat dria, atau gangguan psikologis lainnya. Contoh : siswa yang yang memiliki postur tubuh yang tinggi atletis dan sangat cocok menjadi atlet bola volley, namun karena tidak pernah dilatih bermain bola volley, maka dia tidak dapat menguasai permainan volley dengan baik.
  3. Under Achiever mengacu kepada siswa yang sesungguhnya memiliki tingkat potensi intelektual yang tergolong di atas normal, tetapi prestasi belajarnya tergolong rendah. Contoh : siswa yang telah dites kecerdasannya dan menunjukkan tingkat kecerdasan tergolong sangat unggul (IQ = 130 – 140), namun prestasi belajarnya biasa-biasa saja atau malah sangat rendah.
  4. Slow Learner atau lambat belajar adalah siswa yang lambat dalam proses belajar, sehingga ia membutuhkan waktu yang lebih lama dibandingkan sekelompok siswa lain yang memiliki taraf potensi intelektual yang sama.
  5. Learning Disabilities atau ketidakmampuan belajar mengacu pada gejala dimana siswa tidak mampu belajar atau menghindari belajar, sehingga hasil belajar di bawah potensi intelektualnya.

Siswa yang mengalami kesulitan belajar seperti tergolong dalam pengertian di atas akan tampak dari berbagai gejala yang dimanifestasikan dalam perilakunya, baik aspek psikomotorik, kognitif, konatif maupun afektif . Beberapa perilaku yang merupakan manifestasi gejala kesulitan belajar, antara lain :

  1. Menunjukkan hasil belajar yang rendah di bawah rata-rata nilai yang dicapai oleh kelompoknya atau di bawah potensi yang dimilikinya.
  2. Hasil yang dicapai tidak seimbang dengan usaha yang telah dilakukan. Mungkin ada siswa yang sudah berusaha giat belajar, tapi nilai yang diperolehnya selalu rendah
  3. Lambat dalam melakukan tugas-tugas kegiatan belajarnya dan selalu tertinggal dari kawan-kawannya dari waktu yang disediakan.
  4. Menunjukkan sikap-sikap yang tidak wajar, seperti: acuh tak acuh, menentang, berpura-pura, dusta dan sebagainya.
  5. Menunjukkan perilaku yang berkelainan, seperti membolos, datang terlambat, tidak mengerjakan pekerjaan rumah, mengganggu di dalam atau pun di luar kelas, tidak mau mencatat pelajaran, tidak teratur dalam kegiatan belajar, dan sebagainya.
  6. Menunjukkan gejala emosional yang kurang wajar, seperti : pemurung, mudah tersinggung, pemarah, tidak atau kurang gembira dalam menghadapi situasi tertentu. Misalnya dalam menghadapi nilai rendah, tidak menunjukkan perasaan sedih atau menyesal, dan sebagainya.

Sementara itu, Burton (Abin Syamsuddin. 2003) mengidentifikasi siswa yang diduga mengalami kesulitan belajar, yang ditunjukkan oleh adanya kegagalan siswa dalam mencapai tujuan-tujuan belajar. Menurut dia bahwa siswa dikatakan gagal dalam belajar apabila :

  1. Dalam batas waktu tertentu yang bersangkutan tidak mencapai ukuran tingkat keberhasilan atau tingkat penguasaan materi (mastery level) minimal dalam pelajaran tertentu yang telah ditetapkan oleh guru (criterion reference).
  2. Tidak dapat mengerjakan atau mencapai prestasi semestinya, dilihat berdasarkan ukuran tingkat kemampuan, bakat, atau kecerdasan yang dimilikinya. Siswa ini dapat digolongkan ke dalam under achiever.
  3. Tidak berhasil tingkat penguasaan materi (mastery level) yang diperlukan sebagai prasyarat bagi kelanjutan tingkat pelajaran berikutnya. Siswa ini dapat digolongkan ke dalam slow learner atau belum matang (immature), sehingga harus menjadi pengulang (repeater)

Untuk dapat menetapkan gejala kesulitan belajar dan menandai siswa yang mengalami kesulitan belajar, maka diperlukan kriteria sebagai batas atau patokan, sehingga dengan kriteria ini dapat ditetapkan batas dimana siswa dapat diperkirakan mengalami kesulitan belajar. Terdapat empat ukuran dapat menentukan kegagalan atau kemajuan belajar siswa : (1) tujuan pendidikan; (2) kedudukan dalam kelompok; (3) tingkat pencapaian hasil belajar dibandinngkan dengan potensi; dan (4) kepribadian.

1. Tujuan pendidikan

Dalam keseluruhan sistem pendidikan, tujuan pendidikan merupakan salah satu komponen pendidikan yang penting, karena akan memberikan arah proses kegiatan pendidikan. Segenap kegiatan pendidikan atau kegiatan pembelajaran diarahkan guna mencapai tujuan pembelajaran. Siswa yang dapat mencapai target tujuan-tujuan tersebut dapat dianggap sebagai siswa yang berhasil. Sedangkan, apabila siswa tidak mampu mencapai tujuan-tujuan tersebut dapat dikatakan mengalami kesulitan belajar. Untuk menandai mereka yang mendapat hambatan pencapaian tujuan pembelajaran, maka sebelum proses belajar dimulai, tujuan harus dirumuskan secara jelas dan operasional. Selanjutnya, hasil belajar yang dicapai dijadikan sebagai tingkat pencapaian tujuan tersebut. Secara statistik, berdasarkan distribusi normal, seseorang dikatakan berhasil jika siswa telah dapat menguasai sekurang-kurangnya 60% dari seluruh tujuan yang harus dicapai. Namun jika menggunakan konsep pembelajaran tuntas (mastery learning) dengan menggunakan penilaian acuan patokan, seseorang dikatakan telah berhasil dalam belajar apabila telah menguasai standar minimal ketuntasan yang telah ditentukan sebelumnya atau sekarang lazim disebut Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Sebaliknya, jika penguasaan ketuntasan di bawah kriteria minimal maka siswa tersebut dikatakan mengalami kegagalan dalam belajar. Teknik yang dapat digunakan ialah dengan cara menganalisis prestasi belajar dalam bentuk nilai hasil belajar.

2. Kedudukan dalam Kelompok

Kedudukan seorang siswa dalam kelompoknya akan menjadi ukuran dalam pencapaian hasil belajarnya. Siswa dikatakan mengalami kesulitan belajar, apabila memperoleh prestasi belajar di bawah prestasi rata-rata kelompok secara keseluruhan. Misalnya, rata-rata prestasi belajar kelompok 8, siswa yang mendapat nilai di bawah angka 8, diperkirakan mengalami kesulitan belajar. Dengan demikian, nilai yang dicapai seorang akan memberikan arti yang lebih jelas setelah dibandingkan dengan prestasi yang lain dalam kelompoknya. Dengan norma ini, guru akan dapat menandai siswa-siswa yang diperkirakan mendapat kesulitan belajar, yaitu siswa yang mendapat prestasi di bawah prestasi kelompok secara keseluruhan.

Secara statistik, mereka yang diperkirakan mengalami kesulitan adalah mereka yang menduduki 25 % di bawah urutan kelompok, yang biasa disebut dengan lower group. Dengan teknik ini, kita mengurutkan siswa berdasarkan nilai nilai yang dicapainya. dari yang paling tinggi hingga yang paling rendah, sehingga siswa mendapat nomor urut prestasi (ranking). Mereka yang menduduki posisi 25 % di bawah diperkirakan mengalami kesulitan belajar. Teknik lain ialah dengan membandingkan prestasi belajar setiap siswa dengan prestasi rata-rata kelompok. Siswa yang mendapat prestasi di bawah rata – rata kelompok diperkirakan pula mengalami kesulitan belajar.

3. Perbandingan antara potensi dan prestasi

Prestasi belajar yang dicapai seorang siswa akan tergantung dari tingkat potensinya, baik yang berupa kecerdasan maupun bakat. Siswa yang berpotensi tinggi cenderung dan seyogyanya dapat memperoleh prestasi belajar yang tinggi pula. Sebaliknya, siswa yang memiliki potensi yang rendah cenderung untuk memperoleh prestasi belajar yang rendah pula. Dengan membandingkan antara potensi dengan prestasi belajar yang dicapainya kita dapat memperkirakan sampai sejauhmana dapat merealisasikan potensi yang dimikinya. Siswa dikatakan mengalami kesulitan belajar, apabila prestasi yang dicapainya tidak sesuai dengan potensi yang dimilikinya. Misalkan, seorang siswa setelah mengikuti pemeriksaan psikologis diketahui memiliki tingkat kecerdasan (IQ) sebesar 120, termasuk kategori cerdas dalam skala Simon & Binnet. Namun ternyata hasil belajarnya hanya mendapat nilai angka 6, yang seharusnya dengan tingkat kecerdasan yang dimikinya dia paling tidak dia bisa memperoleh angka 8. Contoh di atas menggambarkan adanya gejala kesulitan belajar, yang biasa disebut dengan istilah underachiever.

4. Kepribadian

Hasil belajar yang dicapai oleh seseorang akan tercerminkan dalam seluruh kepribadiannya. Setiap proses belajar akan menghasilkan perubahan-perubahan dalam aspek kepribadian. Siswa yang berhasil dalam belajar akan menunjukkan pola-pola kepribadian tertentu, sesuai dengan tujuan yang tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Siswa diakatan mengalami kesulitan belajar, apabila menunjukkan pola-pola perilaku atau kepribadian yang menyimpang dari seharusnya, seperti : acuh tak acuh, melalaikan tugas, sering membolos, menentang, isolated, motivasi lemah, emosi yang tidak seimbang dan sebagainya.

B. Bimbingan Belajar

Bimbingan belajar merupakan upaya guru untuk membantu siswa yang mengalami kesulitan dalam belajarnya. Secara umum, prosedur bimbingan belajar dapat ditempuh melalui langkah-langkah sebagai berikut

1. Identifikasi kasus

Identifikasi kasus merupakan upaya untuk menemukan siswa yang diduga memerlukan layanan bimbingan belajar. Robinson dalam Abin Syamsuddin Makmun (2003) memberikan beberapa pendekatan yang dapat dilakukan untuk mendeteksi siswa yang diduga mebutuhkan layanan bimbingan belajar, yakni :

  1. Call them approach; melakukan wawancara dengan memanggil semua siswa secara bergiliran sehingga dengan cara ini akan dapat ditemukan siswa yang benar-benar membutuhkan layanan bimbingan.
  2. Maintain good relationship; menciptakan hubungan yang baik, penuh keakraban sehingga tidak terjadi jurang pemisah antara guru dengan siswa. Hal ini dapat dilaksanakan melalui berbagai cara yang tidak hanya terbatas pada hubungan kegiatan belajar mengajar saja, misalnya melalui kegiatan ekstra kurikuler, rekreasi dan situasi-situasi informal lainnya.
  3. Developing a desire for counseling; menciptakan suasana yang menimbulkan ke arah penyadaran siswa akan masalah yang dihadapinya. Misalnya dengan cara mendiskusikan dengan siswa yang bersangkutan tentang hasil dari suatu tes, seperti tes inteligensi, tes bakat, dan hasil pengukuran lainnya untuk dianalisis bersama serta diupayakan berbagai tindak lanjutnya.
  4. Melakukan analisis terhadap hasil belajar siswa, dengan cara ini bisa diketahui tingkat dan jenis kesulitan atau kegagalan belajar yang dihadapi siswa.
  5. Melakukan analisis sosiometris, dengan cara ini dapat ditemukan siswa yang diduga mengalami kesulitan penyesuaian sosial

2. Identifikasi Masalah

Langkah ini merupakan upaya untuk memahami jenis, karakteristik kesulitan atau masalah yang dihadapi siswa. Dalam konteks Proses Belajar Mengajar, permasalahan siswa dapat berkenaan dengan aspek : (a) substansial – material; (b) struktural – fungsional; (c) behavioral; dan atau (d) personality. Untuk mengidentifikasi masalah siswa, Prayitno dkk. telah mengembangkan suatu instrumen untuk melacak masalah siswa, dengan apa yang disebut Alat Ungkap Masalah (AUM). Instrumen ini sangat membantu untuk mendeteksi lokasi kesulitan yang dihadapi siswa, seputar aspek : (a) jasmani dan kesehatan; (b) diri pribadi; (c) hubungan sosial; (d) ekonomi dan keuangan; (e) karier dan pekerjaan; (f) pendidikan dan pelajaran; (g) agama, nilai dan moral; (h) hubungan muda-mudi; (i) keadaan dan hubungan keluarga; dan (j) waktu senggang.

3. Diagnosis

Diagnosis merupakan upaya untuk menemukan faktor-faktor penyebab atau yang melatarbelakangi timbulnya masalah siswa. Dalam konteks Proses Belajar Mengajar faktor-faktor yang penyebab kegagalan belajar siswa, bisa dilihat dari segi input, proses, ataupun out put belajarnya. W.H. Burton membagi ke dalam dua bagian faktor – faktor yang mungkin dapat menimbulkan kesulitan atau kegagalan belajar siswa, yaitu : (a) faktor internal; faktor yang besumber dari dalam diri siswa itu sendiri, seperti : kondisi jasmani dan kesehatan, kecerdasan, bakat, kepribadian, emosi, sikap serta kondisi-kondisi psikis lainnya; dan (b) faktor eksternal, seperti : lingkungan rumah, lingkungan sekolah termasuk didalamnya faktor guru dan lingkungan sosial dan sejenisnya.

4. Prognosis

Langkah ini untuk memperkirakan apakah masalah yang dialami siswa masih mungkin untuk diatasi serta menentukan berbagai alternatif pemecahannya, Hal ini dilakukan dengan cara mengintegrasikan dan menginterpretasikan hasil-hasil langkah kedua dan ketiga. Proses mengambil keputusan pada tahap ini seyogyanya terlebih dahulu dilaksanakan konferensi kasus, dengan melibatkan pihak-pihak yang kompeten untuk diminta bekerja sama menangani kasus – kasus yang dihadapi.

5. Remedial atau referal (Alih Tangan Kasus)

Jika jenis dan sifat serta sumber permasalahannya masih berkaitan dengan sistem pembelajaran dan masih masih berada dalam kesanggupan dan kemampuan guru atau guru pembimbing, pemberian bantuan bimbingan dapat dilakukan oleh guru atau guru pembimbing itu sendiri. Namun, jika permasalahannya menyangkut aspek-aspek kepribadian yang lebih mendalam dan lebih luas maka selayaknya tugas guru atau guru pembimbing sebatas hanya membuat rekomendasi kepada ahli yang lebih kompeten.

6. Evaluasi dan Follow Up

Cara manapun yang ditempuh, evaluasi atas usaha pemecahan masalah seyogyanya dilakukan evaluasi dan tindak lanjut, untuk melihat seberapa pengaruh tindakan bantuan (treatment) yang telah diberikan terhadap pemecahan masalah yang dihadapi siswa.

Berkenaan dengan evaluasi bimbingan, Depdiknas telah memberikan kriteria-kriteria keberhasilan layanan bimbingan belajar, yaitu :

  • Berkembangnya pemahaman baru yang diperoleh siswa berkaitan dengan masalah yang dibahas;
  • Perasaan positif sebagai dampak dari proses dan materi yang dibawakan melalui layanan, dan
  • Rencana kegiatan yang akan dilaksanakan oleh siswa sesudah pelaksanaan layanan dalam rangka mewujudkan upaya lebih lanjut pengentasan masalah yang dialaminya.

Sementara itu, Robinson dalam Abin Syamsuddin Makmun (2003) mengemukakan beberapa kriteria dari keberhasilan dan efektivitas layanan yang telah diberikan, yaitu apabila:

  1. Siswa telah menyadari (to be aware of) atas adanya masalah yang dihadapi.
  2. Siswa telah memahami (self insight) permasalahan yang dihadapi.
  3. Siswa telah mulai menunjukkan kesediaan untuk menerima kenyataan diri dan masalahnya secara obyektif (self acceptance).
  4. Siswa telah menurun ketegangan emosinya (emotion stress release).
  5. Siswa telah menurun penentangan terhadap lingkungannya
  6. Siswa mulai menunjukkan kemampuannya dalam mempertimbangkan, mengadakan pilihan dan mengambil keputusan secara sehat dan rasional.
  7. Siswa telah menunjukkan kemampuan melakukan usaha –usaha perbaikan dan penyesuaian diri terhadap lingkungannya, sesuai dengan dasar pertimbangan dan keputusan yang telah diambilnya

Sabtu, 23 Mei 2009

Melati





Melati Lambang Kasih Nan Suci

pilihan terbaik

Tuhan yang Mahabaik memberi kita ikan , tetapi kita harus mengail untuk mendapatkannya .
Demikian juga Jika kamu terus menunggu
waktu yang tepat, mungkin kamu tidak akan pernah mulai.Mulailah sekarang...mulailah di mana kamu berada sekarang dengan apa adanya.
Jangan pernah pikirkan
kenapa kita memilih seseorang untuk dicintai ,tapi sadarilah bahwa cintalah yang memilih kita untuk mencintainya.Perkawinan memang memiliki banyak kesusahan, tetapi kehidupan lajang tidak memiliki kesenangan .
Buka mata kamu lebar-lebar
sebelum menikah, dan biarkan mata kamu setengah terpejam sesudahnya ...
Menikahi wanita atau pria karena kecantikannya
atau ketampanannya sama seperti membeli rumah karena lapisan catnya.
Harta
milik yang paling berharga bagi seorang pria di dunia ini adalah....hati seorang wanita. Begitu juga Persahabatan, persahabatan adalah 1 jiwa dalam 2 raga Persahabatan sejati layaknya kesehatan, nilainya baru kita sadari setelah kita kehilangannya .Seorang sahabat adalah yang dapat mendengarkan lagu di dalam hatimu dan akan menyanyikan kembali tatkala kau lupa akan bait-baitnya .Sahabat adalah tangan Tuhan untuk menjaga Kita.Rasa hormat tidak selalu membawa kepada persahabatan, tapi Jangan pernah menyesal untuk bertemu dengan orang lain...tapi menyesal-lah jika orang itu menyesal bertemu dengan kamu.
Bertemanlah
dengan orang yang suka membela kebenaran.Dialah hiasan di kala kamu senang dan perisai di waktu kamu susah .
Namun kamu tidak akan pernah memiliki seorang teman
, jika kamu mengharapkan seseorang tanpa kesalahan.

Karena semua manusia itu baik
kalau kamu bisa melihat kebaikannya dan menyenangkan kalau kamu bisa melihat keunikannya tapi semua manusia itu akan buruk dan membosankan kalau kamu tidak bisa melihat keduanya.Begitu juga Kebijakan, Kebijakan itu seperti cairan, kegunaannya terletak pada penerapan yang benar, orang pintar bisa gagal karena ia memikirkan terlalu banyak hal, sedangkan orang bodoh sering kali berhasil dengan melakukan tindakan tepat.Dan Kebijakan sejati tidak datang dari pikiran kita saja , tetapi juga berdasarkan pada perasaan dan fakta.
Tak seorang pun sempurna.Mereka yang mau belajar
dari kesalahan adalah bijak.Menyedihkan melihat orang berkeras bahwa mereka benar meskipun terbukti salah.
Apa yang berada di belakang kita dan apa yang berada di depan kita adalah perkara kecil berbanding dengan apa yang berada di dalam kita.Kamu tak bisa mengubah masa lalu......tetapi dapat menghancurkan masa kini dengan mengkhawatirkan masa depan
...Bila Kamu mengisi hati kamu .....dengan penyesalan untuk masa lalu dan kekhawatiran untuk masa depan,Kamu tak memiliki hari ini untuk kamu syukuri.Jika kamu berpikir tentang hari kemarin tanpa rasa penyesalan dan hari esok tanpa rasa takut,berarti kamu sudah berada dijalan yang benar menuju
  • sukses .

d@t@_XO3

NAMA_XO3 : NITA
NAMA PANJANG : ANITA YULISA
Tempat Lahir : KEDONDONG, PESAWARAN
Tgl Lahir : 31 July
Bintang : L3O
HOBI : Banyak Hal
Cita-Cita :-